Rabu, November 23

Sebelah kamar kost ku Part 1

Sebelah kamar kost ku

Ini pengalaman ketika aku masih bujang, saat itu umurku mungkin sekitar 23 tahun. Aku kost disebuah tempat yang memang diperuntukkan ahany untuk anak kost, ada sekitar 20 an kamar berjejer terdiri atas dua bangunan bertingkat 2. Penghuninya campur antara yang bujangan dan yang berkeluarga. Kebetulan kamarku ada di lantai bawah yang menurutku punya fasilitas paling komplit (maksudnya bisa jemur pakaian di belakang kamar karena ada lorong terbuka yang tersisa dibelakang bangunan yang aku tempati itu. Dari lorong ini pulalah kisah ini berawal.
Tetangga sebelah kiri dan kanan kamarku adalah pasangan yang berkeluarga. Ada bapak dan bu Evi (karena anaknya namanya Evi) keluarga dengan satu anak perempuan disebelah kiri kamarku. Dan keluarga mas Anto dan mbak Diah (begitu aku memanggil mereka) disebelah kanan kamarku, keluarga muda dengan satu anak perempuan juga yang berumur sekitar 2 tahunan. Aku tidak begitu kenal dengan tetangga lainnya karena memang sangat jarang bertemu. Umumnya mereka mengurung diri dikamar entah apa kegiatan mereka. Aku sendiri bujangan yang baru mulai bekerja pada sebuah perusahan yang cukup bonafid. Hari hariku biasanya aku habiskan pergi sama teman teman, itu sebabnya aku jarang berinteraksi dengan tetangga kostku.
Bu Evi orangnya kecil mungil, kulit hitam manis tapi punya toked yang agak berlebihan sehingga kalo lama diperhatikan seperti menantang (dasar mupeng) sedangkan mbak diah, punya perawakan sintal, kulitnya putih bersih, wajahnya juga sangat mempesona (masuk katagori cantik), ramah dan banyak senyum. Aku sendiri sering dapat senyuman nya. Nggak tahu kenapa aku sering cari kesempatan untuk bertemu muka biar kecipratan senyum manisnya. Aku sendiri cukup akrab dengan mas Anto karena kantor kami bersebelahan. Mas Anto bekerja sebagai Security. Seringkali aku diminta bantuan sama mbak Diah untuk jagain si kecil Endah kalo dia lagi sibuk dengan pekerjaan rumahnya, dan aku dengan senang hati melakukannya. Sebagai imbalan biasanya aku nitip cucian barang sepotong dua potong. Merekalah dua wanita yang menjadi topic ceritaku nanti.
Episode Mbak diah.
Pada suatu hari aku pulang malam sekitar jam 2an, aku ingat sekali itu malam minggu sehabis jalan sama teman temanku, aku bermaksud mengambil jemuran dibelakang kamar yang sore tadi dicuciin sama mbak Diah, takut kena hujan nanti bau. Aku merasa ada yang tidak biasa. Didepan pintu kamar belakang mbak Diah aku melihat sepasang sandal yang aku yakin bukan punya mas Anto. Penasaran aku balik kedepan mencari motor mas Anto, hanya ingin memastikan kalo mas Anto benar tidak dirumah karena setahuku hari itu mas Anto tugas malam. Dan benar dugaan ku motor mas Anto tidak ada di tempatnya. Segera aku berbalik lorong belakang. Aku mencoba mencari celah untuk mengintip kedalam kamar mbak Diah. Tapi usahaku sia-sia karena terhalang dinding dapur. Hanya saja aku sempat mendengar lapat lapat desahan nafas dan sayup sayup suara erangan sehingga aku yakini sedang terjadi sesuatu didalam sana. Aku kembali kekamarku menunggu ……. Dengan suasana hati yang tak menentu, aku hanya berharap tahu siapa gerangan pemilik sandal yang telah mengisi malam sepinya mbak diah. Aku tak beranjak jauh dari pintu belakang kamarku dan sengaja kubuka sedikit sehingga masih bias mengintip kea rah pintu belakang mbak Diah. 15 menit berlalu aku mendengar suara daun pintu berderit meskipun sangat pelan tapi cukup membuatku segera mengambil posisi yang telah kupersiapkan. Aku melihat sosok mbak Diah keluar kemudian melihat kiri kanan mungkin memastikan keadaan aman, setelah itu kulihat dia memberi kode kedalam maka keluarlah sesosok lelaki yang sangat aku kenal….. Pak Evi… tetangga sebelahku… aku tersurut kaget benar benar tidak menyangka dan setengah tidak percaya dengan apa yang kusaksikan. Setelah keadaan tenang aku kembali ketempat tidurku. Ada scenario dalam kepalaku. Dan aku pun tersenyum sendiri.
Keesokan harinya seperti biasa aku telat bangun, maklum hari minggu. Masih terbayang peristiwa semalam dan rencana yang telah kususun. Aku bersemangat bangun dan langsung menuju lorong belakang aku berharap ketemu mbak Diah dibelakang, tapi aku harus kecewa. tak apalah masih banyak waktu. Dan aku segera menyambar handukku masuk kamar mandi sambil bernyanyi kecil. Habis mandi aku bermaksud membuang waktu dengan duduk di beranda kamar ku ngopi dan sekalian melihat keadaan tetangga tetanggaku. Heran aku juga tidak melihat bu Evi hari itu. Selang beberapa saat kulihat mbak Diah datang, rupanya dia baru habis belanja di warung.
“Eh dik Hadi .. udah bangun ya… “ Sapa mbak diah ramah seperti biasanya.
“Iya mbak, mas Anto masih tidur?” tanyaku balik
“Iya dik, mas Anto baru pulang pagi, kan tugas malam” katanya menerangkan
“oh iya… mbak gak ada acara nyuci hari ini? Nitip doong “
“boleh, tapi ntar ya abis masak, tapi jagain Endah ya”
“Siip” kataku
Aku pun mengambil alih endah dari mbak Diah, aku setelkan dia lagu anak anak dari DVD portable ku maka endah pun bernyanyi nyanyi sendiri di kamarku. Selang beberapa lama kudengar mbak Diah memanggil lewat pintu belakangku.
“Dik Hadi… mana cuciannya?”
“itu mbak yang dibelakang, udah tak rendem dari semalem” sahutku menimpali.
Aku segera beranjak kebelakang, saatnya memulai rencana. Perlahan kudekati mbak Diah. Memberi kode agar dia mendekat. Mbak Diah menghampiriku….
“Semalam aku melihat sesuatu disini” bisikku. Sengaja membuatnya terkejut. Dan reaksinya memang seperti yang kuharapkan. Diapun lebih mendekat.
“Lihat apa?” mbak Diah ikutan berbisik.
“Ada deh.. “ godaku. Merah padam mukanya mbak Diah. Tapi dia segera menguasai diri. Dia taruh telunjuknya di atas bibir.
“Nanti aja diomongin” bisiknya lagi
“Siip” kataku sambil mengangkat jempol.
Aku memulai hayalanku ditempat tidur dengan perasaan menang, yakin akan mendapat sesuatu. Pikiranku sedemikian jauhnya sampai tak sadar aku tertidur dan lupa makan.
“tok… tok….tok…” setenagah sadar aku mendengar pintu kamarku di ketok.
Aku bangkit dari tempat tidur dan yang pertama kurasakan adalah perutku yang minta diisi. Kulirik jam bekerku, ah.. rupanya sudah jam setengah tiga, pantesan…
“tok…tok…” kembali kudengar pintuku di ketok.
Aku bergegas membuka pintu, kiranya mbak diah yang sedari tadi mengetok pintu.
“ya mbak… ada apa?” tanyaku
“ini mau nganterin makanan , tadi mbak masak lebih, mbak liat dari tadi kamu gak keluar rumah.. pasti belum makan” katanya sambil mengulurkan sepiring nasi komplit dengan lauknya.
“iya juga mbak, aku ketiduran, mas anto udah bangun?”
“udah tuh … lagi pergi sama endah kerumah temennya”
“ooh… berarti udah aman ya… “ kataku sambil mengedipkan mata
“kamu itu bikin mbak penasaran, memang liat apa semalem” katanya masih berpura pura.
“ntar aku cuci tangan dulu, tak ceritain sambil makan ya” aku bergegas menaruh makanan di meja kecil di beranda dan masuk untuk cuci tangan, kubiarkan mbak diah penasaran menungguku.
“ayo ngomong… liat apa semalem” mbak diah langsung menyerangku begitu aku muali menyantap makanan, aku hanya senyum senyum sambil ayik menghabiskan makanan ku.
“cepetan dong, ntar mas anto keburu pulang” pintanya memelas.
Akhirnya aku pun menceritakan apa yang kulihat, termasuk mengetahui siapa adanya lelaki pemilik sandal. Lama mbak diah terdiam sampai akhirnya…
“Di, kamu bisa pegang rahasia ini kan?, mbak gak mau mas anto sampai tahu, kmu pasti tahu akibatnya buat mbak” lagi lagi dia meminta dengan memelas.
“tenang aja mbak, aku bisa jaga rahasia kok. Tapi aku juga bakal minta sesiuatu dari mbak” jawabku
“kamu jangan memeras mbak ya, kamu kan tahu mbak nggak punya uang”
“aku nggak minta uang kok” selaku
“trus kamu minta apa”
“aku minta sesuatu yang mbak punya dan bisa kasi” kataku sambil memberi kode ke arah dadanya
“hah… kamu mau sama mbak?”
“knapa? Mbak nggak mau ngasih”
“Bukan gitu, mbak kan udah punya anak… emang kamu mau?”
“ah… aku kan pingin yang berpengalaman” kataku cekikikan.
“ya deh… kalo itu mbak bisa kasi, tapi jangan dipaksain ya… liat keadaan, jangan sampai mbak celaka”
“oke, aku juga pasti menjaga mbak kok.. tenang aja”
“omong omong bu evi kemana? Koq pak evi nya bisa lepas?
“ooh, biasa tiap sabtu mbak evi nginap di rumah orang tuanya karena harus gantian ama saudaranya jagain orang tuanya yang udah tua”
“itu sebabnya ya… he..he.. “
“ya … biasanya sabtu dianterin sama pak evi, minggu dijemput lagi”
“ngerti deh” kataku sambil mengejapkan mata, dan mbak diah pun tersenyum malu.
“ntar malam mas Anto shift malam lagi gak?” tanyaku
“iya… knapa? Kmu mau ntar malem?”
“kalo boleh sih…”
“liat keadaan ya.. “
“oke…”
Begitulah akhir dari transaksiku, aku tinggal menunggu hadiah yang dijanjikan tiba.
Waktu yang kutunggu pun tiba, dari balik pintu kamarku aku mendengar suara motor mas anto menjauh, dan mbak diah berdiri di beranda melepas suaminya berangkat kerja. Setelah motor gak terlihat aku keluar kamar. Mbak diah menoleh kearahku sambil berbisik..
“endah belum tidur, ntar mbak kasi kode” sambil menganggukkan kepala, aku pun mengerti. Menunggu sekitar 30 menit kudengar tembok di ketok , inilah kode nya pikirku, dan aku bergegas ke arah belakang. Aku tidak mau kecolongan seperti pak evi, jadi kudekati pintu belakangnya mbah diah tanpa sandal.. he..he… langsung kubuka pintu perlahan yang ternyata tidak terkunci. Pemandangan yang disuguh kan didalam kamar sungguh membuatku terpana, mbak diah tiduran ditempat tidur dengan mengenakan baju tidur yang amat tipis, ikatan tali dipinggangnya tak cukup menutupi dadanya yang terbuka tanpa mengenakn BH, sehingga terpampanglah belahan bukitnya yang indah. Aku sudah sering melihat belahan dadanya ketika sedang menjemur pakaian ataupu menyapu di halaman, tapi malam ini sungguh sangat menggairahkan. Mbak diah hanya tersenyum.
“sudah puas melihat ini” katanya sambil menunjuk ke arah dadanya
“mungkin aku harus memegangnya” gurauku sambil mendekat. Langsung saja kubuka bagian atas bajunya dan langsung kunikmati dada montok yang telah menantiku itu. Pelan kuremas sementara bibirku mencari cari putingnya yang lain. Aku puaskan diriku menciumi buah dada mbak diah, sementara diapun mulai merintih pelan.
“di, aku pingin liat barangmu” bisiknya disela sela pergumulan kami.
“penasaran ya?”
“mmh” tangan mbak diah langsung meluncur kearah selangkangan ku, dia berhenti ketika menggenggam pen|sku dari balik celana yang masih kupakai, digenggamnya beberapa kali , mungkin membanding bandingkan milikku dengan suaminya atau pak evi.
“kayaknya gede juga ya…” katanya
“kalo mau liat aslinya buka aja mbak, aku gak keberatan kok” kataku
Mbak diah langsung membalik posisi, dia diatas menindihku, kemudian sedikit demi sedikit menurunkan wajahnya kearah perutku. Akhirnya mencapai tonjolan selangkanganku.. dia meraba dengan halus membuatku jadi merinding dan tentu saja adek kecilku langsung melonjak, dia mulai menggenggam perlahan dan seperti sangat menikmati, perlahan disingkapnya celanaku, tanpa basa basi pen|sku melonjak keluar. Mbak diah tersenyum kearahku, mulai diciumnya pen|sku pertama dengan ujung hidung, kemudian berlanjut dengan bibirnya. Serasa meledak mendapat perlakuan sopan seperti itu. Perlahan bibir mbak diah terbuka, diarahkannya kepala pen|sku kemulutnya, pintar sekali dia mebuatku melayang. Sekarang pen|sku sudah sepenuhnya dalam kulumannya, terasa jilatan lidah mbak diah sesekali menyentuh ujung pen|sku… aku sudah lupa diri. Tiba tiba dikeluarkannya pen|sku dari dalam mulutnya. Ahh… aku langsung sadar kembali.
“Besar juga…” bisiknya
Aku hanya tersunyum puas dengan ucapannya.
“mbak… buka dong “
“sabar sayang, kita banyak waktu koq”
“ya mbak.. tapi aku dah mau meledak nih” mbak diah tertawa kecil mendengar kataku.
“kamu yang buka ya…” sekali lagi aku membalik posisi, kali ini mabak diah tidur dengan pemandangan indah nya. Aku mulai membuka baju tidurnya perlahan sambil sesekali mengecup outing mbak indah yang sudah sedemikian menantangnya. Aku hanya mendengar desahan desahan yang semakin membangkitkan nafsuku dari bibir mbak diah. Sekarang yang tampak adalah tubuh tanpa sehelai benang yang siap menantiku. aku terus melanjutkan gerilya mulutku di sekujur tubuh mbak diah, tanganku mulai melepas celanaku dan langsung kulemparkan tanpa peduli jatuh dimana. Kugesekkan pen|sku diselangkangan mbak diah. Kali ini aku sengaja mengulur waktu bermaksud membuat mbak diah penasaran. Pinggul mbak diah mulai bergerak liar. Tampak dia berusaha mencarikan lobang untuk pen|sku yang kini sangat tegang.
“ayo di…. Masukin sayang, mbak udah nggak tahan”
“bantuin dong mbak” kataku pula.
Mbak diah mulai mencari pen|sku lagi, setelah dalam genggamannya, dia mulai mengarahkannya ke liang kenikmatannnya. Aku mengimbangi dengan melakukan sedikit penekanan. Agak susah masukknya.
“kok susah masuknya mbak”
“punyamu kegedean, mmmh … pasti nikmat nih” dia mendesis
Akhirnya dengan bantuan tangan mbak diah pen|sku mulai memasuki vag|nanya mbak diah yang hangat dan basah. Aku tidak mau terburu buru, jadi kugerakkan perlahan pen|sku dalam vag|nanya mbak diah sambil menikmati setiap gesekannya, desahan mbak diah juga memberi sensasi tersendiri. Mbak diah pun selalu memberi gerakan pinggul yang menambah kenikmatan yang kurasakan malam itu. Aku bertahan dengan gaya itu beberapa saat sampai akhirnya…
“aduh di… mbak mau keluar, kasi mbak keluar dulu ya…” katanya tanpa memberi kesempatan aku untuk menjawab, tangan mbak diah menekan pinggangku sampai seluruh pen|sku terhisap kedalam vag|nanya, dia terus meracau tak jelas, tapi aku tahu dia sedang dalam puncak puncaknya. Aku merasakan dinding vag|na mbak diah berdenyut denyut seperti mencengkram pen|sku kuat kuat. Aku biarkan dia menikmati sesaat sampai pegangan dipinggangku agak kendor.
“maaf ya di.. mbak gak tahan, habis pen|smu enak banget, vag|na mbak rasanya penuh” katanya
“gak apa mbak kan bisa di ulang”
“pasti mbak layani, mbak bikin kamu puas di, lagian pen|smu enak”
Begitulah malam itu kami melanjutkan petualangan, ternyata mbak diah type wanita yang agak hyper. Malam itu dia keluar sampai 7 kali sementara aku dapat 2 kali. Dari dia pula aku tahu kalo mas anto tidak begitu kuat di ranjang, paling hanya bisa memberinya sekali sementara mbak diah punya keinginan lebih dari itu. sedang dari pak evi katanya dia bisa dapat 2 sampai 3 kali meskipun pen|snya tidak sebesar punyaku. Aku puas malam itu dan kembali ke kamar dan tertidur pulas sampai pagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar